DAN INI ADALAH DRAFT BLOG YANG DITULIS TANGGAL 23/04/2012. BAIKLAH, PUBLIKASIKAN!!!!! POSTING!! *capslock rusak.
nge-layout buletin biro ketahanan keluarga dp* pk* (sensor,wkwkwkw). isinya bagus.. share ^_^
nge-layout buletin biro ketahanan keluarga dp* pk* (sensor,wkwkwkw). isinya bagus.. share ^_^
Peran dan tanggung jawab ayah dalam pembentukan karakter anak (1)
Kantukku telah tiba
Ayah dan bunda ada
dimana
Aku ingin kita
bertatap muka
Kenapa setiap hari
begini saja
Kantukku telah tiba
Aku kembali bertanya
Kenapa aku dibiarkan
tidur sendiri saja
Padahal aku ingin
berbagi cerita
Kantukku telah tiba
Tempat tidur yang
sepi tanpa cinta
Selimut yang dingin
tanpa kata-kata
Bantal dan guling tak
bisa bicara
Ayah bunda entah
kemana
(dari buku Ayah ada
Ayah tiada)
Dalam dunia modern ada kecenderungan seorang ayah atau suami –karena kesibukannnya-- mening-
galkan perannya sebagai pemimpin keluarga yang sekaligus pula sebagai pendidik anak-anaknya. Akhirnya, semua masalah
pendidikan anak diserahkan kepada
isteri dengan anggapan bahwa anak-anak lebih dekat dengan ibunya. Fenomena ini juga bisa terjadi
pada keluarga kita. Ketiadaan ayah dalam keluarga karena kesibukannya
dalam mencari nafkah dan atau berdakwah sehingga ayah kurang menjalankan fungsinya sebagai
pendidik dapat menghambat perkem-bangan anak,baik perkembangan jasmani, perilaku maupun
intelekualnya.
Bagaimana Islam
mengajarkan tentang peran dan tanggungjawab ayah terhadap anak-anaknya? Tulisan ini mencoba menjelaskan secara ringkas dalam 3 bagian yang bersambung:
I. Pentingnya peran
ayah dalam pembentukan karakter anak.
II. Tanggung jawab
ayah dalam pendidikan anak.
III. Beberapa kendala
dalam menerapkan pendidikan islam.
1.Pentingnya peran ayah dalam pembentukan karakter anak
Simaklah Sabda
Rasulullah
SAW berikut ini:
“…Setiap kamu adalah
pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang suami
(ayah) adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia akan
dimintai per-
tanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas
mereka”
(HR. Muslim).
Berdasarkan atas tanggung jawab inilah, ayah memikul beban sebagai
pembentuk generasi Islam yang saleh.
Masa usia keemasan (golden age) dalam proses pembentukan
karakter anak adalah pada usia 0 – 15 tahun. Setelah itu biasanya karakter sudah mulai
terbentuk.
Menurut banyak ahli,
seorang ayah seharusnya memainkan beberapa peran, diantaranya:
• Peran sebagai Fasilitator
Disini ayah berfungsi sebagai seorang yang memfasilitasi
kebutuhan anak-anak.
• Peran sebagai Problemsover
Disini ayah menyediakan dirinya sebagai sosok yang senang
mencarikan jalan keluar bagi sekian banyak
persoalan anak-anaknya. Karena anak-anak amat senang jika
ayahnya terikat dan terlibat dalam persoalan
mereka.
• Peran sebagai Entertainer.
Ini kadang menjadi puncak peran yang paling ditunggu oleh
anak- anak, karena ayah mereka menjadi seseorang
yang menarik, perlu dan menyenangkan.
Anak-anak membutuhkan dua hal penting
dari ayahnya. Peran dan tokoh. Psikologis dan fisik. Kehadiran ayah bersama mereka di rumah atau di luar rumah haruslah dua-duanya. Tak
boleh hanya hadir fisik tapi psikologis
tidak. Atau sebaliknya.
SENDI-SENDI KEPRIBADIAN
AYAH
1.ISTIQOMAH KEPADA ALLAH
Kepribadian ayah
akan berpengaruh terhadap strategi-strategi
yang dipilih ayah dalam mendidik anaknya. Sebagai mukmin maka ayah
seharusnya menguasai pola pendidikan
Islam dalam mendidik anak yang meliputi pendidikan akhlak, fikriyah dan jasa di berdasarkan Al Quran dan As Sunnah. Banyak contoh tentang pola pendidikan Islam
ini:
- Kisah Nabi Ibrahim
dgn Ismail
(QS. 37:102-107)
- Kisah Luqman dgn
anaknya
(QS.31:12-19)
- Kisah Nabi Ya’qub
dgn Nabi
Yusuf (QS.12:4-6)
- Kisah Nabi Sulaiman
dgn Nabi
Daud (QS. 27:15-16).
Contoh lain adalah
kisah Rasulullah dgn Fatimah dan dgn cucu-cucu beliau, Hasan dan Husein.
Kemudian kisah Hasan Al Banna dengan anak-anaknya.
2.KETELADANAN
Keteladanan merupakan sarana pendidikan yang
paling penting. Hal ini terjadi karena secara naluriah, dalam diri anak ada
potensi untuk meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Anak-anak belajar melalui keteladanan
dan peniruan jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh orang tua. Apa
yang baik bagi anak adalah apa yang dikerjakan oleh pendidik, dan apa yang
buruk
bagi anak adalah apa yang ditinggalkan oleh pendidik. Hal
ini sejalan dengan akidah Islam yang tidak
hanya cukup diyakini dalam hati, tetapi juga harus direalisasikan
dalam perbuatan sehari-hari, Firman
Allah dalam QS Ash Shaff:2-3 sbb:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan
apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.”
3. KASIH SAYANG DAN CINTA
Cinta kasih, kelembutan dan kehangatan yang
tulus merupakan dasar yang penting dalam mendidik anak. Melalui raut muka orang
tuanya anak dapat menangkap keikhlasan kasih sayang yang diberikan orangtua
terhadap anaknya. Dengan bekal inilah orang tua mendidik anak tentang kasih sayang
yang ikhlas, yang pada saatnya nanti akan dapat diberikan anak kepada orang-orang
disekitarnya. Rasulullah SAW. selalu menampakkan kecintaannya kepada anak
cucunya, salah satunya dengan seringnya beliau mencium Hasan dan Husein.
Rasulullah saw bersabda:
“ Barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak
disayangi”
(HR. Tirmidzi).
4. ADIL
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
bersikap adil kepada anak-anaknya. Hal ini dilakukan untuk menghapus rasa iri
dendam di antara anak-anak.
Rasulullah saw
bersabda:
” Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu dalam
pemberian”
(HR. Bukhari).
Anak sangat peka terhadap perubahan perilaku terhadap
dirinya. Maka dari itulah, setiap kali
ayah lengah dalam bertindak adil terhadap anaknya, sesegera mungkinlah ayah
menyadarinya dan memperbaiki keadaan tersebut.
5. PERGAULAN
Anak-anak
terutama pada usia 8 tahun cenderung untuk duduk dan berbincang-bincang dengan orang tuanya. Pada masa inilah
ayah di-
harapkan mengarahkan potensi anak pada pendidikan yang lebih
baik.
Tidak selayaknya ayah mengabaikan masalah ini hanya karena
kesibukan mencari nafkah. Rasulullah SAW yang memiliki kesibukan yang begitu
banyakpun masih menyempatkan diri untuk bergaul dan berkomunikasi dengan anak
cucunya.
6. BIJAKSANA
DALAM MEMBIMBING.
Metode yang paling bijak dalam mendidik dan
mengarahkan anak adalah tidak memberi kemu-
dahan seluas-luasnya kepada anak akan tetapi juga tidak
mengekang anak. Berikanlah nasehat kepada anak sewajarnya, jangan berlebihan, karena
anak akan cepat jemu dan tidak jarang menimbulkan reaksi
yang tidak baik pada diri anak. Imam Ibnu al jauzi
mengatakan bah-
wa melatih pribadi perlu kelembutan, tahapan, dari kondisi
yang satu ke kondisi yang lain, tidak menerapkan kekerasan dan berpegang pada prinsip
pencampuran antara rayuan dan ancaman.
7. BERDOA DENGAN MERENDAH DI HADAPAN ALLAH SWT.
Merupakan tugas yang mulia bagi ayah untuk
berdoa kepada Al-
lah mengharapkan ridho dan hidayahNya untuk anak-anaknya. Karena
tiada tempat yang pantas untuk bersandar dalam segala urusan selain kepada
Allah, dan tiada kenikmatan yang paling menggembirakan di dunia ini selain anak
dan keluarga yang sholeh.
Wallahu ‘alam bishshowab.
“Sebaiknya orangtua terutama para ayah untuk selalu berusaha
hadir menjaga 2 waktu penting dalam hidup
anak-anaknya, yaitu waktu bangun pagi dan waktu mau tidur.”
(bersambung)