Wednesday, October 24, 2012

Untuk Para Ayah & Calon Ayah

DAN INI ADALAH DRAFT BLOG YANG DITULIS TANGGAL 23/04/2012. BAIKLAH, PUBLIKASIKAN!!!!! POSTING!! *capslock rusak.


nge-layout buletin biro ketahanan keluarga dp* pk* (sensor,wkwkwkw). isinya bagus.. share ^_^

 

Peran dan tanggung jawab ayah dalam pembentukan  karakter anak  (1)

Kantukku telah tiba
Ayah dan bunda ada dimana
Aku ingin kita bertatap muka
Kenapa setiap hari begini saja
Kantukku telah tiba
Aku kembali bertanya
Kenapa aku dibiarkan tidur sendiri saja
Padahal aku ingin berbagi cerita
Kantukku telah tiba
Tempat tidur yang sepi tanpa cinta
Selimut yang dingin tanpa kata-kata
Bantal dan guling tak bisa bicara
Ayah bunda entah kemana
(dari buku Ayah ada Ayah tiada)

Dalam dunia modern ada kecenderungan seorang  ayah atau suami  –karena kesibukannnya-- mening-
galkan perannya sebagai pemimpin  keluarga yang sekaligus pula sebagai pendidik anak-anaknya. Akhirnya, semua masalah pendidikan anak diserahkan kepada  isteri dengan anggapan bahwa anak-anak lebih dekat dengan ibunya. Fenomena ini juga bisa terjadi pada keluarga kita. Ketiadaan ayah dalam keluarga karena kesibukannya dalam mencari nafkah dan atau berdakwah  sehingga ayah kurang menjalankan fungsinya sebagai  pendidik dapat menghambat perkem-bangan anak,baik perkembangan jasmani, perilaku maupun intelekualnya.                 
  Bagaimana Islam mengajarkan tentang peran dan tanggungjawab ayah terhadap anak-anaknya? Tulisan ini mencoba menjelaskan secara ringkas dalam 3 bagian yang bersambung:
I.  Pentingnya peran ayah dalam  pembentukan karakter anak.
II.  Tanggung jawab ayah dalam pendidikan anak.
III.  Beberapa kendala dalam menerapkan pendidikan islam.
1.Pentingnya peran ayah dalam pembentukan karakter anak

  Simaklah Sabda Rasulullah
SAW berikut ini:
 “…Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang suami (ayah) adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia akan dimintai per-
tanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka”
(HR. Muslim). 

  Berdasarkan atas tanggung jawab inilah, ayah memikul beban sebagai pembentuk generasi Islam yang saleh.  Masa usia keemasan (golden age) dalam proses pembentukan
karakter anak adalah pada usia 0 – 15 tahun.  Setelah itu biasanya karakter sudah mulai terbentuk.
  Menurut banyak ahli, seorang ayah seharusnya memainkan beberapa peran, diantaranya:
                             Peran    sebagai Fasilitator
Disini ayah berfungsi sebagai seorang yang memfasilitasi kebutuhan  anak-anak.
                             Peran    sebagai Problemsover
Disini ayah menyediakan dirinya sebagai sosok yang senang mencarikan jalan keluar bagi sekian banyak
persoalan anak-anaknya. Karena anak-anak amat senang jika ayahnya  terikat dan terlibat dalam persoalan mereka.
                             Peran    sebagai Entertainer.
Ini kadang menjadi puncak peran yang paling ditunggu oleh anak- anak, karena ayah mereka menjadi  seseorang yang menarik, perlu dan menyenangkan.   Anak-anak membutuhkan dua  hal penting dari ayahnya. Peran dan tokoh. Psikologis dan fisik.              Kehadiran ayah bersama mereka di rumah  atau di luar rumah haruslah dua-duanya. Tak boleh  hanya hadir fisik tapi psikologis tidak. Atau sebaliknya.
SENDI-SENDI KEPRIBADIAN
AYAH
1.ISTIQOMAH KEPADA ALLAH
  Kepribadian ayah akan berpengaruh terhadap strategi-strategi  yang dipilih ayah dalam mendidik anaknya. Sebagai mukmin maka ayah seharusnya menguasai pola  pendidikan Islam dalam mendidik anak yang meliputi pendidikan akhlak,                fikriyah dan jasa di berdasarkan Al Quran dan As Sunnah.  Banyak contoh tentang pola pendidikan Islam ini:
-  Kisah Nabi Ibrahim dgn Ismail
(QS. 37:102-107)
-  Kisah Luqman dgn anaknya
(QS.31:12-19)
-  Kisah Nabi Ya’qub dgn Nabi
Yusuf (QS.12:4-6)
-  Kisah Nabi Sulaiman dgn Nabi 
Daud (QS. 27:15-16).
  Contoh lain adalah kisah Rasulullah dgn Fatimah dan dgn cucu-cucu beliau, Hasan dan Husein. Kemudian kisah Hasan Al Banna dengan anak-anaknya.
2.KETELADANAN
        Keteladanan merupakan sarana pendidikan yang paling penting. Hal ini terjadi karena secara naluriah, dalam diri anak ada potensi untuk meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Anak-anak belajar melalui keteladanan dan peniruan jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh orang tua. Apa yang baik bagi anak adalah apa yang dikerjakan oleh pendidik, dan apa yang buruk
bagi anak adalah apa yang ditinggalkan oleh pendidik. Hal ini sejalan dengan akidah Islam yang tidak
hanya cukup diyakini dalam hati, tetapi juga harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari, Firman
Allah dalam QS Ash Shaff:2-3 sbb:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa  yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
3. KASIH SAYANG DAN CINTA
          Cinta kasih, kelembutan dan kehangatan yang tulus merupakan dasar yang penting dalam mendidik anak. Melalui raut muka orang tuanya anak dapat menangkap keikhlasan kasih sayang yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Dengan bekal inilah orang tua mendidik anak tentang kasih sayang yang ikhlas, yang pada saatnya nanti akan dapat diberikan anak kepada orang-orang disekitarnya. Rasulullah SAW. selalu menampakkan kecintaannya kepada anak cucunya, salah satunya dengan seringnya beliau mencium Hasan dan Husein.
Rasulullah saw bersabda:
“ Barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi”
(HR. Tirmidzi).
4. ADIL
      Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap adil kepada anak-anaknya. Hal ini dilakukan untuk menghapus rasa iri dendam di antara anak-anak.
 Rasulullah saw bersabda:
” Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu dalam pemberian”
(HR. Bukhari).      
Anak sangat peka terhadap perubahan perilaku terhadap dirinya.  Maka dari itulah, setiap kali ayah lengah dalam bertindak adil terhadap anaknya, sesegera mungkinlah ayah menyadarinya dan memperbaiki keadaan tersebut.
5. PERGAULAN
      Anak-anak terutama pada usia 8 tahun cenderung untuk duduk dan berbincang-bincang dengan orang tuanya. Pada masa inilah ayah di-
harapkan mengarahkan potensi anak pada pendidikan yang lebih baik.
Tidak selayaknya ayah mengabaikan masalah ini hanya karena kesibukan mencari nafkah. Rasulullah SAW yang memiliki kesibukan yang begitu banyakpun masih menyempatkan diri untuk bergaul dan berkomunikasi dengan anak cucunya.
6. BIJAKSANA 
DALAM  MEMBIMBING.
        Metode yang paling bijak dalam mendidik dan mengarahkan anak adalah tidak memberi kemu-
dahan seluas-luasnya kepada anak akan tetapi juga tidak mengekang anak. Berikanlah nasehat kepada anak sewajarnya, jangan berlebihan, karena anak akan cepat jemu dan tidak jarang menimbulkan reaksi
yang tidak baik pada diri anak. Imam Ibnu al jauzi mengatakan bah-
wa melatih pribadi perlu kelembutan, tahapan, dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain, tidak menerapkan kekerasan dan berpegang pada prinsip pencampuran antara rayuan dan ancaman.
7. BERDOA DENGAN MERENDAH DI HADAPAN ALLAH SWT.
       Merupakan tugas yang mulia bagi ayah untuk berdoa kepada Al-
lah mengharapkan ridho dan hidayahNya untuk anak-anaknya. Karena tiada tempat yang pantas untuk bersandar dalam segala urusan selain kepada Allah, dan tiada kenikmatan yang paling menggembirakan di dunia ini selain anak dan keluarga yang sholeh.
Wallahu ‘alam bishshowab.
“Sebaiknya orangtua terutama para ayah untuk selalu berusaha hadir menjaga  2 waktu penting dalam hidup anak-anaknya, yaitu waktu bangun pagi dan waktu mau tidur.”
(bersambung)

3 comments:

  1. Sop? Isi kamu sop? Ka fajar bentar lagi jadi ayah?
    Asiiikk aku jadi aunty..
    Hihi

    ReplyDelete
  2. isi gmane cerita, via skype lu kira.. wkwkwk piss coy :p
    pas ka fajar pulang kemari pokoke lu harus isi cop B)
    ntar lahiran ama gua ama cumae wkwkw %-)

    ReplyDelete