Wednesday, March 23, 2011

Pemuda Itu Aku

Aku ingin mengubah dunia. Bagaimana bisa? Ya, cita-citaku adalah ingin mengubah dunia dengan pena. Dari sinilah aku memulainya, menulis dan bercerita. Berbagi tentang apa yang aku pikirkan.
Pagi ini, burung menari ramai, embun segar masih menyeruak. Hari ini aku pun masih bermimpi. Tentang diriku, tentang keluargaku, tentang tetanggaku, tentang masyarakat luas, dan tentang Negaraku tercinta, Indonesia. Semua itu tentang harapan yang membumbung tinggi.
Sebelumnya, pernahkah kamu bertemu dengan sosok penuh asa, segar, kreatif, sumber ide cemerlang, unggul, pilihan, bergairah, bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang paling penting dan menjadi sorotan adalah sikapnya. Tepat, ialah pemuda. Sosok yang bisa menjadi terdepan jika dipoles dengan kebaikan. Sebaliknya, bisa menjadi penjahat ulung jika dipoles dengan keburukan. Dalam berbangsa dan bernegara, pundak pemudalah yang menjadi tumpuan dan harapan. Merupakan rahasia yang tak terbantahkan bahwa diantara prasyarat tegaknya suatu pemikiran pergerakan dan jayanya sebuah peradaban nasional adalah dukungan para pemuda yang memperjuangkannya. Sejarah pun mencatat pemuda sebagai pengibar panji kemenangan. Katakan, "Akulah pemuda itu!" untuk setiap hal positif yang ada pada diri pemuda. Karena, apa yang kamu pikirkan tentang dirimu, seperti itulah kamu akan terbentuk. Terdengar sederhana, tapi itulah adanya.
Pemuda dan perubahan, dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kalau dulu diberi tugas oleh guru, kita menyebutnya PR. Izinkan di sini ku menyebutnya sebagai "PB", Pekerjaan Bersama. Karena energi penyelesaian dapat dihasilkan dengan bersinergi. Langkah awal untuk bergerak adalah memastikan bahwa diri kita adalah bagian dari batu-bata peradaban. Dilanjutkan dengan mencanangkan visi, misi, serta pembagian peran dalam kehidupan, selanjutnya masing-masing tinggal menjalankan peran sebaik mungkin dengan menjadi teladan. Jika pembagian peran itu dapat bersinergi dengan baik dalam masyarakat, maka indahlah yang terjadi. Dan lagi, semua itu terdengar sederhana, begitulah nyatanya. Akan tetapi, apakah teori sederhana itu sudah teraplikasikan dengan baik?
Dalam tulisan ini, aku bukan hendak meluapkan amarah tentang perilaku para pejabat yang acuh tak acuh, aku juga tidak hendak melarang mereka yang menghabiskan banyak uang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri, sungguh. Walau setiap membaca informasi tentang rencana renovasi gedung DPR yang super mewah tersebut rasanya sangat menyulut emosi, gemas! Karena sepertinya mereka hanya butuh suara kita pada saat pemilihan umum saja. Mereka tak butuh lagi suara-suara kita yang telah habis meneriakkan tentang rakyat yang kelaparan, tentang rakyat yang kehilangan pekerjaan, tentang meningkatnya angka pengangguran, tentang sekolah yang bagi sebagian orang hanya angan-angan, tentang pangan yang serba kekurangan, tentang kapan tegaknya keadilan. tentang gedung sekolah yang ambruk mencapai ratus ribuan. tentang anak-anak yang mati busung lapar dan kelaparan. tentang tidak teraksesnya kesehatan. Dan tentang tentang lainnya. Ditambah hari ini tentang bencana yang terus menerus berdatangan. Akan tetapi, sekali lagi, di sini aku hanya ingin berbagi.
Mengangkasanya merah putih kini tidak lagi diiringi syahdunya getaran nurani yang merindukan kemerdakaan sejati. Hormatnya pun tidak segagah pahlawan yang penuh peluh dan harapan. Mengapa? Berikut ini aku ingin berbagi tentang sebuah data yang menyerukkan lembar demi lembar sebagai pekerjaan bersama yang harus kita benahi. Dari sebuah data inilah kita dapat mengambil benang-benang kesimpulan untuk menyelesaikan pekerjaan bersama kita. Maka, biarkan data mengungkap fakta :
-Peristiwa di SMU II Cianjur, oktober 2005 di bulan ramadhan di kota yang masyarakatnya telah menetapkan syariat Islam sejak 26 Maret 2001. Bermula dari geger peristiwa 2 pelajar yg melakukan oral seks yang direkam pelajar lainnya dan diedarkan diantara pelajar pemilik hp beberapa hari menjelang lebaran. Kejadian tersebut menjadi awal terungkapnya 11 orang pelaku seks bebas bahkan ada yang biasa melacurkan dirinya dengan perantara guru biologi sebagai germonya. Hasil survey BKKBN thd 2.880 responden usia 15-24 th di 6 kota di Ja-Bar, mei 2002 hampir 40 persen responden pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
-REPUBLIKA.CO.ID,PONOROGO--Mayoritas remaja di Kota Reog Ponorogo, Jawa Timur, diduga sudah pernah melakukan hubungan pranikah atau seks bebas, kata Ketua Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Ponorogo, Endang Retno Wulandari, Jumat. "Estimasi tersebut didasari hasil survei secara acak yang telah mereka lakukan selama enam bulan terakhir. Hasilnya, jumlah remaja putri yang pernah melakukan hubungan pranikah atau seks bebas mencapai kisaran 80 persen," katanya.
-Di bawah ini adalah beberapa fakta lama yang begsinggungan langsung dengan pemuda:
- Pikiran Rakyat 26 Mei 2005 lalu, tercatat 200 mahasiswa Perguruan Tinggi Bandung, 50% nya telah melakukan hubungan seks sebelum pernikahan.
- Survey UNICEF, 30% dari 4159 penderita HIV/ AIDS di Indonesia adalah remaja 1252 orang.
- Survey UNICEF, 15-20% kasus aborsi di Indonesia 2,3 juta pertahun dilakukan oleh remaja : 460.000 rang pertahun. (Pikiran Rakyat, 10 Agustus 2004)
Apa yang bisa dilakukan oleh seorang remaja sebagai generasi penerus jika terlampau jauh bermain dengan api penghancur masa depan diri dan masa depan negara?
Kita beralih lagi dengan ‘PB’ selanjutnya. Persoalan yang sepertinya tak ada habisnya untuk dibahas. Yang membuat semua orang tercengang benci melihat kenyataan. Memang kenyataan yang membuat kita bisa melihat pemandangan kebobrokan moral, kemiskinan yang merajalela, ekonomi yang mencekik dan kriminalitas yang melejit di sekitar kita. Masalah apakah itu? seberapa pengaruhnya masalah tersebut terhadap nasib seluruh lapisan masyarakat Indonesia? Mari kita simak kembali data kekinian yang ada:
Hutang Indonesia Rp1.878 triliun :
14 Januari 2011 jam 19:36
Utang pemerintah diperkirakan mencapai Rp1.878 triliun atau meningkat dibandingkan posisi awal tahun ini yang hanya di kisaran Rp1.600 triliun. Beban rakyat pun untuk membayar utang makin berat. Ya, itu sudah dapat dipastikan. Semua ditumpahkan kepada warga Negara.
Utang tersebut terdiri dari pinjaman US$65,36 miliar dan surat berharga US$107,44 miliar. Dengan menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp5.981,37 triliun, maka rasio utang Indonesia hingga Januari 2010 mencapai 27%.
Sementara rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat sampai Januari 2010 adalah, bilateral US$40,55 miliar, multilateral US$21,43 miliar, komersial US$3,31 miliar, serta supplier US$ 60 juta.
Dengan demikian, utang luar negeri jadi beban rakyat yang sudah menderita. Karenanya utang mutlak harus dilakukan dan strategi pembangunan ekonomi harus diubah sehingga tidak selalu bergantung pada utang luar negeri.

Sumber : (inilah/mj)

Wow! data tersebut seharusnya membuat kita semakin sadar bahwa 'PB' kita semakin nyata dan menusuk. Disaat kita tercengang dengan hutang yang tak berhujung, disisi lain banyak yang acuh, tak peduli, bahkan yang parah malah memperpuruk keadaan, salah satunya yang ingin diperdalam di sini ialah mengenai tindakan kriminal berbentuk pencurian yang amat canggih. Yang dicuri adalah hak publik yang secara curang dan licin diselewengkan untuk kepentingan pribadi. tidak lain adalah korupsi. Kejahatan ini dilakukan secara diam-diam atau tersembunyi dan kejahatannya tidak langsung dirasakan orang lain sehingga sebagian orang tidak peduli dengan tindakan ini, lain hal nya apabila pencuri yang mengambil ayam tetangganya, mungkin sudah babak belur tak terbentuk lagi wajahnya. Atau masih ingat kasus seorang nenek yang dipenjara karena mencuri 3 buah coklat karena kelaparan? Inilah fakta ketimpangan hukum dan sosial yang masih terjadi di negara kita tercinta.
Namun, kita juga tidak akan terus menerus merenungi problematika yang terus berputar seiringan dengan berjalannya waktu. Tak ada waktu lagi untuk duduk terlalu lama. Karena Ibu pertiwi yang begitu kita sayangi begitu merindu akan hentakkan kaki kita, para pemuda nya untuk melakukan perubahan besar. Yang harus disiapkan sesegera mungkin. Saat ini juga! maka, siapkanlah solusi, juga moral tinggi yang bermartabat. kencangkanlah niat dan kerahkan usaha!
Korupsi di Indonesia ibarat pohon yang sudah tertanam kokoh. Jika ingin menumbangkan pohon tersebut dan tidak ingin pohon tersebut tumbuh dan berkembang lagi, maka harus dicabut beserta akar-akarnya. Jadi, jika sementara ini, selalu saja bermunculan tindak korupsi, maka artinya sistem yang dibangun selama ini, memang berpotensi melahirkan mental korup. Sistemlah yang menganak-pinakkan atau yang memproduksi mental korup itu. Tugas kitalah bagaimana membangun sistem secara menyeluruh, agar dengan sistem itu mental korup itu tidak muncul, apalagi tumbuh dan berkembang.
Namun, tidak berhenti di situ karena kebobrokan yang terjadi bukan hanya pada sistem. Kalau hanya itu kita bisa memperbaiki dalam tempo yang singkat. Kita tidak hanya sedang berhadapan dengan sistem yang bobrok, akan tetapi kita berhadapan dengan sebuah peradaban, budaya dan paradigma yang sangat mengkhawatirkan keadaannya. Maka solusi yang kita upayakan adalah solusi cepat dan berarti.
Pergerakan untuk perubahan memerlukan proses penyadaran tiap individu kemudian beranjak ke kelompok. Semua itu memerlukan sarana dan media informasi yang luas dan cepat. Agar nilai-nilai yang ingin kita sampaikan sampai merata keseluruh lapisan masyarakat, dari atas sampai kebawah. Maka penguasaan media infomasi dengan berbagai jenis dan ragamnya menjadi sangat urgent, mendesak dan darurat. Terutama media yang popularitasnya cepat dan luas daya jangkaunya yaitu Televisi. Dan kini Internet juga sudah marak di Indonesia. Di sini kita harus bermain cantik agar yang menguasai arus informasi bukanlah orang-orang yang punya kepentingan pribadi semata.
Bukankah itu membutuhkan modal yang besar? Apakah kita mampu? Lagi-lagi materi dijadikan benturan yang menghambat pergerakan. Pemikiran itulah yang membuat, yang kaya lah yang berkuasa atas segala sesuatnya. Sebenarnya, besarnya biaya tidak akan lagi menjadi persoalan, ketika kita bisa menyamakan persepsi. Sudah terlalu banyak masyarakt berkorban dan mengeluarkan dananya untuk berbagai kegiatan dan aktivitas sosial. Atau berbagai peringatan dan perayaan. Karena tidak sampai kepada pemahaman yang sama mengenai sarana apa yang hari ini sangat mendesak, tidak ada sinergi untuk upaya yang sama sehingga sangat tidak signifikan antara pengorbanan yang dikeluarkan dan dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Solusi sederhana selanjutnya ialah, kita butuh figur teladan yang punya prinsip, kuat, tidak mudah mengeluh, tegas, tidak pilih kasih, adil, aspiratif, merakyat, dan 'tawaddhu', yakni tidak gengsi karena jabatan dan kedudukan.
Oleh karena itu, pemuda sebagai generasi penerus mempunya peran yang sangat strategis untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukan hanya dibutuhkan intelektualitas yang tinggi, tetapi juga dengan tanggung jawab, kejujuran, dan kemandirian serta rasa optimis.
Dengan tanggung jawab bisa memunculkan rasa memiliki yang utuh sehingga timbul usaha untuk membawa Indonesia lepas dari segala belenggu yang menyesakkan, perlahan-lahan. Dengan kejujuran, kita dapat mengikis kemunafikan dan kecurangan yang terlanjur merambat menghancurkan moral. Ini dapat kita mulai dari hal yang terkecil hingga menjadi suatu kebiasaan yang berkelanjutan pada hal yang besar. Sikap mandiri yang nantinya akan mengantarkan jujur dan tanggung jawab ke kehidupan nyata. Ya, kita tidak boleh berpangku tangan untuk melakukan itu semua.
Dan terakhir, harus optimis. Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealiasasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.

Pemuda ialah sosok superior, progresif, revolusioner dengan api berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala. Dan katakan, "Akulah pemuda itu!"

Teriakkan bait-bait syair yang bisa menjadi penyulut semangat!
Padamu pewaris negeri, harapan slalu terpatri
Azzam tetap membahana, Hingga terwujudkan janji

Menderas maju nan tiada ragu, Hantam angkara sibakkan gulita
Umat mulia kan menghulu semesta

Melangkah beriringan, Lantakkan kebatilan
Bergerak keharmonian, Tegakkan keadilan

Segala rintangan kan menjadi suratan

Padamu pewaris negeri.
Pewaris negri itu pemuda. Pemuda itu Aku. Ya, Akulah pemuda itu!


Nama : Shafiatur Rasyidah
Jurusan / Kelas : TGP / PB 4B
NIM : 160902058X

4 comments: